Pemkot Surabaya dan Polrestabes Gelar Kelas Parenting untuk Lawan Kekerasan pada Perempuan dan Anak

1 week ago 21

Surabaya (pilar.id) – Sinergi antara Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dan Polrestabes Surabaya kembali ditunjukkan melalui program edukasi bertajuk Kelas Parenting. Kegiatan ini digelar di Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Balai RW 6, Kelurahan Wonokusumo, Kamis (28/8/2025), dengan tujuan mengedukasi masyarakat agar berani melawan segala bentuk kekerasan, khususnya pada perempuan dan anak.

Mengusung tema “#RiseandSpeak: Wujudkan Ketahanan Keluarga, Perlindungan Perempuan dan Anak dengan Bangkit dan Bersuara”, acara menghadirkan dua narasumber utama, yakni Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Surabaya Rini Indriyani dan Ketua Bhayangkari Cabang Kota Surabaya Inge Luthfie.

Dalam pemaparannya, Rini Indriyani menegaskan pentingnya keberanian perempuan untuk bersuara ketika menghadapi kekerasan. Ia menyoroti maraknya kasus kekerasan yang sempat viral, termasuk yang terjadi di Surabaya.

“Seorang perempuan itu harus berani speak up untuk berbicara, menolak, dan melaporkan ketika ada kekerasan. Ini menjadi kewajiban kita semua untuk bersama-sama melindungi,” ujar Bunda Rini, sapaan akrabnya.

Rini yang juga menjabat sebagai Ketua Forum Puspa Surabaya menjelaskan bahwa kekerasan seringkali bermula dari keluarga yang tidak harmonis. Karena itu, edukasi mengenai ketahanan keluarga menjadi bagian penting dalam mencegah tindak kekerasan.

“Kami beri edukasi bagaimana membentuk keluarga yang harmonis, dan ketika sudah terjadi kekerasan, bagaimana penanganannya, termasuk dengan melaporkan,” jelasnya.

Rini juga menekankan perlunya efek jera bagi pelaku kekerasan. Menurutnya, langkah mediasi tidak cukup untuk menghentikan kasus kekerasan di masyarakat.

“Harus ada punishment yang jelas. Semoga ini menjadi efek jera agar tidak terulang lagi,” tegasnya.

Ia juga mengajak masyarakat Surabaya untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitar. “Kalau ada suara tangisan anak hampir setiap hari, jangan diam. Laporkan. Ini bisa mencegah trauma lebih dalam bagi perempuan dan anak,” pesannya.

Sementara itu, Ketua Bhayangkari Cabang Kota Surabaya, Inge Luthfie, menyoroti pentingnya kewaspadaan dalam penggunaan gawai. Ia mengingatkan masyarakat untuk mengenali tanda-tanda pelecehan dan tidak menormalisasi bentuk kekerasan verbal maupun fisik.

“Jangan menormalisasi catcalling. Semua perempuan berhak mendapatkan perlakuan yang sama, terlepas dari penampilan atau pekerjaan,” tegasnya.

Inge juga berharap aparat penegak hukum lebih tegas memberikan sanksi. “Tolong jangan terlalu banyak mediasi. Harus ada efek jera untuk pelaku kekerasan,” katanya.

Lebih jauh, Inge menekankan pentingnya menumbuhkan simpati dan empati di lingkungan masyarakat. Menurutnya, kepedulian sosial menjadi modal utama untuk menciptakan ruang aman bagi perempuan dan anak.

“Semoga kegiatan ini bisa berefek positif dan bermanfaat. Antusiasme peserta luar biasa, dan kami berharap program seperti ini bisa diperluas ke wilayah lain di Surabaya,” pungkasnya. (rio)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |