Riset Jakpat: Selera Tradisional Masih Dominan di Pasar Kuliner Lokal Indonesia

3 weeks ago 56

Jakarta (pilar.id) – Riset terbaru Jakpat menunjukkan bahwa selera kuliner tradisional masih mendominasi pasar makanan dan minuman (F&B) di Indonesia. Sebanyak 77 persen responden dalam survei lebih memilih usaha kuliner lokal saat makan di luar rumah, menunjukkan bahwa cita rasa tradisional tetap menjadi favorit meski tren modern terus berkembang.

Temuan ini sejalan dengan data Kementerian Perdagangan, yang menyebut sektor kuliner sebagai tulang punggung industri waralaba nasional. Hingga Februari 2025, tercatat 157 pemberi waralaba lokal dan 154 dari luar negeri, dengan sektor F&B mendominasi 47,77 persen dari total bisnis waralaba di Indonesia.

Menu Tradisional Tetap Jadi Favorit

Dalam enam bulan terakhir, masyarakat masih mengandalkan menu berat seperti mie, bakso, soto, dan sop (68 persen), diikuti oleh ayam geprek (58 persen) sebagai pilihan utama. Sementara itu, masakan daerah seperti Padang, Sunda, dan warteg juga tetap diminati oleh satu dari dua responden.

Camilan khas Indonesia seperti siomay, batagor, dimsum, seblak, dan cilok berada di kisaran popularitas 50 persen, menandakan bahwa makanan ringan lokal masih memiliki pasar yang luas. Selain itu, minuman kekinian dan kopi tetap digemari, memperlihatkan adanya keseimbangan antara selera tradisional dan tren modern di kalangan konsumen muda.

Riset ini dilakukan pada 2–7 September 2025 dan melibatkan 995 responden muda di delapan kota besar di Pulau Jawa: Bogor, Depok, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Malang, dan Surabaya.

Faktor Utama Pemilihan Tempat Makan

Sebagian besar konsumen memilih tempat makan berdasarkan harga (60 persen) dan rasa (59 persen), diikuti faktor pelayanan (44 persen), kebersihan (44 persen), dan porsi makanan (43 persen).

“Bagi konsumen, harga dan rasa memang masih yang utama. Namun kini, pelayanan, kebersihan, dan porsi juga mulai diperhitungkan. Tantangan pelaku usaha bukan hanya menjaga kualitas rasa dan harga, tapi juga pengalaman makan secara keseluruhan,” ujar Farida Hasna, Lead Researcher Jakpat.

Sebanyak 80 persen responden menilai kebersihan ruang dan toilet sebagai faktor penting di tempat makan. Pelajar lebih mengutamakan kenyamanan tempat duduk (75 persen) dan ketersediaan colokan listrik (53 persen), sedangkan pekerja cenderung memperhatikan fasilitas parkir (50 persen).

Kebiasaan makan di luar pun cenderung terjadi pada jam makan siang (37 persen) dan makan malam (41 persen). Perempuan lebih sering makan di luar pada malam hari, sementara laki-laki lebih aktif di waktu pagi dan larut malam.

Minat Tinggi terhadap Tempat Makan Baru

Riset juga menemukan bahwa mencoba tempat makan baru kini menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat perkotaan. Sebanyak 64 persen responden menyebut harga terjangkau sebagai faktor utama saat mencoba tempat baru, diikuti menu unik (49 persen) dan promo pembukaan (48 persen).

Selain itu, pengaruh media sosial turut berperan besar dalam keputusan konsumen. Banyak yang mengaku terdorong mencoba tempat baru setelah melihat konten promosi atau ulasan dari kreator kuliner.

Namun, tidak semua langsung datang saat grand opening. Sebanyak 40 persen responden memilih menunggu hingga tempat tersebut stabil, sementara 35 persen datang setelah 1–2 minggu pembukaan, dan hanya 16 persen yang hadir di hari pertama.

“Eksplorasi kuliner tidak selalu soal FOMO (fear of missing out). Ada yang menunggu tempatnya lebih stabil, ada juga yang datang karena promo atau review. Ini menunjukkan bahwa konsumen kini lebih rasional dalam mengeksplorasi pengalaman kuliner,” tambah Farida Hasna.

Peluang bagi Pelaku Usaha Kuliner

Hasil riset Jakpat ini menunjukkan bahwa pelaku usaha kuliner masih memiliki peluang besar untuk berkembang di pasar domestik, terutama jika mampu menjaga keseimbangan antara keunikan rasa tradisional dan inovasi modern.

Dengan konsumen yang semakin cerdas dan selektif, pelaku bisnis kuliner perlu memperhatikan harga, rasa, kebersihan, dan pengalaman pelanggan agar tetap kompetitif di tengah dinamika tren makanan yang cepat berubah. (usm/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |