Sumut Surplus Beras dan Cabai Merah 2025, Inflasi Daerah Diprediksi Terkendali

3 weeks ago 35

Medan (pilar.id) – Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mencatatkan surplus produksi dua komoditas strategis, yakni beras dan cabai merah, sepanjang tahun 2025. Surplus ini diperkirakan akan berdampak positif terhadap pengendalian inflasi serta kestabilan harga pangan di tingkat konsumen.

Data dari Dinas Ketahanan Pangan dan Hortikultura Sumut menunjukkan bahwa dari Januari hingga September 2025, produksi gabah kering giling (GKG) mencapai 2,7 juta ton. Setelah dikonversi, jumlah tersebut setara dengan 1,7 juta ton beras. Sementara kebutuhan konsumsi beras masyarakat Sumut yang berjumlah sekitar 15 juta jiwa hanya sekitar 1,2 juta ton per tahun, sehingga terdapat surplus sekitar 500 ribu ton.

Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Hortikultura Sumut, Yusfahri Perangin-angin, dalam Temu Pers yang digelar Dinas Komunikasi dan Informatika Sumut, Selasa (7/10/2025) di Aula Dekranasda, Kantor Gubernur Sumut, Medan. Menurutnya, untuk bulan Oktober saja, produksi GKG diperkirakan mencapai 278 ribu ton atau setara 145 ribu ton beras, dengan konsumsi sebesar 145,5 ribu ton. Artinya, terdapat kelebihan produksi sekitar 100 ribu ton.

Selain beras, komoditas cabai merah juga mencatatkan surplus. Sepanjang Januari hingga September 2025, produksi cabai merah Sumut mencapai 183 ribu ton. Dengan rata-rata konsumsi masyarakat sebesar 4–5 kg per kapita per tahun, kebutuhan hanya sekitar 91 ribu ton. Daerah-daerah penghasil utama cabai merah di Sumut meliputi Kabupaten Karo, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Batubara, Dairi, dan Simalungun.

Untuk menjaga stabilitas harga di tengah fluktuasi panen dan distribusi, Pemerintah Provinsi Sumut melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral (Perindag ESDM) menggandeng Perum Bulog Kanwil Sumut menggelar program Gerakan Pasar Murah dan Gerakan Pangan Murah (GPM). Kepala Dinas Perindag ESDM Sumut, Fitra Kurnia, menyebutkan bahwa sebanyak 147.750 ton beras SPHP telah disalurkan kepada masyarakat dalam kegiatan tersebut yang berlangsung dari 25 Agustus hingga 12 September 2025.

Upaya stabilisasi harga juga dilakukan melalui kerja sama antar daerah. Kepala Biro Perekonomian Setdaprov Sumut, Poppy Marulita Hutagalung, menyatakan bahwa sebagian pasokan cabai merah dari Sumut dikirim ke provinsi lain seperti Riau, Sumatera Barat, hingga Aceh. Oleh karena itu, distribusi komoditas tersebut memerlukan penataan ulang, termasuk pemangkasan rantai distribusi yang dinilai terlalu panjang.

Pimpinan Wilayah Perum Bulog Sumut, Budi Cahyanto, menambahkan bahwa panen yang tidak merata serta gangguan hama sempat menimbulkan kendala pasokan di beberapa wilayah. Namun ia optimistis, menjelang akhir Oktober saat masa panen tiba, ketersediaan stok akan kembali normal. Bulog juga tetap menjalankan program bantuan pangan berupa beras untuk menjaga ketahanan pangan di seluruh wilayah Sumut.

Dengan surplus produksi dan dukungan distribusi yang optimal, Provinsi Sumut diharapkan mampu menjaga stabilitas harga serta menekan laju inflasi daerah di tengah dinamika pasar nasional. (ret/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |