Surabaya (pilar.id) – Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menambah daftar akademisi bergelarnya. Pada Rabu (28/5/2025), Prof. Drs. Ec. Tri Haryanto, MP., Ph.D. resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR. Prosesi pengukuhan berlangsung di Aula Garuda Mukti, Kampus MERR-C UNAIR.
Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Pembangunan Pertanian Padi untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional: Tinjauan Ekonomi Pertanian”, Prof Tri menyoroti urgensi ketahanan pangan sebagai pondasi dasar bagi pembangunan bangsa.
“Ketahanan pangan bukan hanya soal ketersediaan, tetapi juga akses terhadap pangan yang aman, bergizi, dan beragam untuk kehidupan sehat dan produktif,” ujar Prof Tri dalam sambutannya.
Meskipun indeks ketahanan pangan Indonesia mengalami peningkatan, Prof Tri mengingatkan bahwa masih terdapat tantangan serius, seperti 4,5 persen penduduk yang mengalami kerawanan pangan sedang hingga berat dan angka kekurangan gizi yang masih mencapai 8,5 persen.
Produktivitas Pertanian dan Pengentasan Kemiskinan
Prof Tri menyampaikan bahwa kemiskinan adalah akar dari persoalan ketahanan pangan. Ironisnya, sebagian besar masyarakat miskin justru berada di wilayah penghasil pangan utama seperti petani kecil dan buruh tani.
Oleh karena itu, peningkatan produktivitas pertanian padi dipandang sebagai solusi kunci dalam menekan angka kemiskinan sekaligus memastikan ketersediaan pangan.
“Pembangunan pertanian padi kini tak lagi hanya soal hasil panen, tetapi juga mencakup keberlanjutan lingkungan, nilai gizi, kesejahteraan petani, hingga pemberdayaan perempuan,” jelas Prof Tri.
Pentingnya Strategi Berkelanjutan
Indonesia merupakan produsen sekaligus konsumen beras terbesar keempat di dunia dengan konsumsi rata-rata mencapai 95 kilogram per kapita per tahun. Walau tingkat kemandirian pangan telah mencapai 90 persen, Prof Tri menekankan bahwa Indonesia belum sepenuhnya bebas dari ketergantungan impor beras.
Ia menggarisbawahi pentingnya peningkatan produksi padi nasional yang dibarengi dengan kebijakan berpihak kepada petani. Termasuk di antaranya kebijakan harga jual yang adil, subsidi yang tepat sasaran, pelatihan, akses terhadap teknologi, serta infrastruktur penunjang pertanian.
“Petani bukan hanya produsen, tapi juga pelaku utama dalam pembangunan ekonomi desa,” tegasnya.
Dengan pendekatan ekonomi pertanian yang komprehensif dan berkelanjutan, Prof Tri meyakini bahwa pertanian padi dapat menjadi motor penggerak dalam mewujudkan Indonesia yang bebas dari kelaparan, kemiskinan, dan kesenjangan sosial.
“Di tengah tantangan global dan domestik, pertanian adalah salah satu kunci kemandirian bangsa. Dan padi adalah fondasi utama,” pungkas Prof Tri. (adi/ted)