Indonesia Tempati Peringkat Kedua Dunia dalam Pertumbuhan Pengguna Aplikasi Kripto

1 day ago 17

Jakarta (pilar.id) — Minat masyarakat Indonesia terhadap aset kripto terus mengalami peningkatan signifikan. Berdasarkan laporan State of Mobile 2025 yang dirilis oleh Sensor Tower, Indonesia tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan sesi aplikasi kripto tertinggi kedua secara global pada 2024, yakni mencapai 54 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Peringkat pertama ditempati oleh Jerman dengan lonjakan 91 persen, disusul oleh Brasil dan Prancis yang masing-masing mencatatkan pertumbuhan 47 persen.

Dalam konteks ini, sesi aplikasi kripto mengacu pada frekuensi pengguna membuka dan menggunakan aplikasi terkait, seperti untuk mengecek harga Bitcoin, melakukan transaksi, maupun memantau portofolio aset digital.

“Seiring meredanya inflasi dan membaiknya kondisi ekonomi global, kepercayaan investor pun kembali meningkat. Hal ini mendorong keterlibatan lebih besar dalam ekosistem kripto,” tulis laporan tersebut.

Indonesia Jadi Pasar Kripto Potensial

Secara global, sesi penggunaan aplikasi kripto tumbuh sebesar 37 persen sepanjang 2024. Kenaikan signifikan terjadi pada kuartal keempat, di mana sesi pengguna melonjak 45 persen, beriringan dengan kenaikan harga Bitcoin.

Indonesia dinilai sebagai pasar yang sangat potensial karena didukung oleh populasi digital yang berkembang pesat dan tingginya minat generasi muda terhadap aset kripto. CEO Tokocrypto, Calvin Kizana, menyebut peningkatan ini sebagai indikator positif untuk adopsi kripto di Indonesia.

“Pertumbuhan 54 persen sesi aplikasi kripto di Indonesia adalah sinyal positif bahwa masyarakat semakin nyaman dan antusias berinteraksi dengan aset kripto,” ujar Calvin.

Menurutnya, lonjakan ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin terbuka terhadap kripto sebagai bagian dari strategi keuangan modern. Ia menambahkan bahwa hal tersebut membuka peluang besar untuk memperluas edukasi, inovasi produk, dan adopsi yang berkelanjutan.

Tanda Kedewasaan Pasar

Sensor Tower juga mencatat korelasi kuat antara harga Bitcoin dengan tingkat keterlibatan pengguna. Setelah sempat menurun drastis pada 2022–2023, rebound kembali terjadi di 2024, menandakan pemulihan minat yang signifikan.

Calvin menyatakan bahwa tren positif ini bukan hanya gejala jangka pendek, tetapi merupakan indikasi jangka panjang terhadap kedewasaan pasar kripto, khususnya di Indonesia.

“Banyak pengguna mulai melihat kripto bukan hanya sebagai instrumen spekulatif, tetapi sebagai bagian dari strategi keuangan jangka panjang,” ujarnya.

Ia juga menggarisbawahi bahwa pengguna kini lebih selektif dalam memilih platform, lebih sadar akan risiko, dan menunjukkan minat tinggi terhadap edukasi serta keamanan.

Ekosistem Digital Makin Kuat

Selain itu, peningkatan jumlah unduhan aplikasi kripto sepanjang 2024, meskipun tidak secepat masa puncak sebelumnya, menunjukkan fondasi adopsi yang lebih stabil di kalangan masyarakat.

Hal ini diperkuat oleh akses informasi yang lebih luas, upaya edukasi yang konsisten, serta regulasi yang mulai jelas, yang mendorong kepercayaan publik terhadap aset digital.

“Ke depan, pelaku industri harus fokus bukan hanya pada jumlah pengguna, tetapi juga pada pembangunan ekosistem kripto yang berkelanjutan—meliputi keamanan, transparansi, dan integrasi dengan layanan keuangan lainnya,” tutup Calvin.

Dengan dukungan dari berbagai pihak, ekosistem aset digital di Indonesia diprediksi akan tumbuh secara inklusif, bertanggung jawab, dan memberi kontribusi nyata bagi ekonomi digital nasional. (hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |