Jakarta (pilar.id) — Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, H.M. Jusuf Kalla, menegaskan bahwa kepemimpinan sejati diuji saat krisis, bukan ketika situasi berjalan normal.
Pernyataan tersebut disampaikannya dalam acara Meet The Leader bertema Leading Through The Storm: Resilient Leadership in Time of Crisis yang digelar oleh Universitas Paramadina, bertepatan dengan peresmian Kampus Kuningan di Trinity Tower dan Auditorium Benny Subianto.
Berbicara di hadapan mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum, JK menekankan bahwa pemimpin tangguh adalah sosok yang mampu mengambil keputusan secara cepat, tepat, dan bertanggung jawab di tengah tekanan situasi.
“Tugas pemimpin adalah menginspirasi, mempersatukan, memberi semangat, dan mengambil keputusan. Dan keputusan yang baik harus cepat, berbasis data, serta dipahami bawahannya,” ujar JK, Jumat (23/5/2025).
Soroti Krisis Global dan Dampaknya bagi Indonesia
Dalam pidatonya, Jusuf Kalla juga menyinggung sejumlah konflik global yang berpengaruh langsung terhadap stabilitas ekonomi dunia dan Indonesia.
Ia menyebut konflik Rusia-Ukraina, Israel-Hamas, serta ketegangan di Asia Timur seperti China-Taiwan dan Korea Selatan-Korea Utara sebagai sumber utama gejolak internasional saat ini.
“Perang Rusia dan Ukraina menghambat distribusi gandum dan gas. Negara besar seperti Jerman dan Prancis pun mengalami krisis energi,” jelas JK.
Ia juga mengkritisi kebijakan proteksionis ala mantan Presiden AS, Donald Trump, yang dinilai kontra-produktif.
“Trump belum paham. Tarif tinggi justru memberatkan rakyatnya sendiri. Itu kebijakan bunuh diri yang memperburuk perang dagang dunia,” ucapnya tajam.
Pertumbuhan Ekonomi Melambat, Bukan Kesalahan Pemerintah Saat Ini
JK mengungkap bahwa gejolak global berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang turun dari proyeksi 5,2% menjadi hanya 4,8% di tahun 2025.
Ia menekankan bahwa ini bukan kesalahan pemerintahan yang akan datang, namun hasil dari akumulasi tekanan global dan domestik.
“Bukan salah Prabowo, ini akibat masalah dari masa lalu dan tekanan global saat ini. Maka dibutuhkan efisiensi, meski itu menghambat beberapa program,” tegas JK.
Sorotan terhadap Kondisi Dalam Negeri
JK juga mengangkat keprihatinan terhadap kondisi dalam negeri, terutama tingginya angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan menurunnya konsumsi rumah tangga. Menurutnya, ini menciptakan siklus negatif ekonomi yang memperburuk situasi sosial, termasuk tumbuhnya premanisme akibat pengangguran.
“Ini negative cycle yang harus segera diputus. Tanpa kepemimpinan yang cepat dan tepat, kondisi bisa makin memburuk,” imbuhnya.
Pesan untuk Generasi Muda: Tangguh Saat Badai
Menutup pidatonya, Jusuf Kalla memberikan pesan kuat kepada para mahasiswa dan generasi muda. Ia menegaskan bahwa kualitas seorang pemimpin ditentukan oleh kemampuannya mengatasi krisis.
“Pemimpin yang hebat bukan hanya saat kondisi stabil. Justru yang paling penting adalah saat badai datang, ia tetap berdiri, berpikir, dan memutuskan dengan tepat,” pungkas JK.
Acara ini menjadi momentum penting untuk mengingatkan publik bahwa di tengah ketidakpastian global, kepemimpinan yang visioner, berani, dan bertanggung jawab sangat dibutuhkan untuk menjaga arah bangsa. (usm/ted)