Kuliah Tamu IPB Ungkap Strategi Ilmiah Sido Muncul Bangun Industri Jamu Modern

1 week ago 27

Bogor (pilar.id) — Fakultas Kedokteran IPB University menggelar kuliah tamu bertema Peran Jamu dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Indonesia: Bukti Empiris dan Ilmiah. Kegiatan ini menghadirkan Direktur PT Sido Muncul, Dr (HC) Irwan Hidayat, sebagai narasumber utama.

Acara dibuka oleh Dekan Fakultas Kedokteran IPB University, Dr dr Ivan Rizal Sini, GDRM, MMIS, FRANZCOG, SpOG, yang menekankan pentingnya kolaborasi antara akademisi dan industri untuk mengembangkan pengobatan herbal berbasis ilmiah.

“Sebagian besar masyarakat Indonesia masih bergantung pada pengobatan tradisional. Mahasiswa kedokteran perlu memiliki empati dan wawasan terhadap kearifan lokal, serta memahami bahwa herbal bukan sekadar alternatif, melainkan harus dibuktikan secara ilmiah,” jelas Dr Ivan.

Ia juga menambahkan bahwa IPB University aktif melakukan riset herbal dan membuka ruang kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk PT Sido Muncul.

Irwan Hidayat: Jamu Harus Tunduk pada Standar Ilmiah

Dalam paparannya, Irwan Hidayat membagikan kisah transformasi Sido Muncul dari produsen jamu tradisional menjadi perusahaan farmasi modern berbasis riset. Produk andalan mereka, Tolak Angin, menjadi contoh sukses jamu yang telah melewati serangkaian uji ilmiah.

“Saya mulai bekerja di Sido Muncul sejak 1969 tanpa latar belakang kesehatan. Tapi saya yakin, jamu bisa setara dengan farmasi jika kita buktikan secara ilmiah,” ujar Irwan.

Langkah awalnya adalah memilih gejala umum yang dikenal masyarakat, yaitu “masuk angin”, sebagai titik masuk pengembangan produk. Uji toksisitas, studi literatur, dan kolaborasi dengan fakultas kedokteran dilakukan untuk meningkatkan kredibilitas.

“Salah satu hasilnya menunjukkan bahwa Tolak Angin mampu meningkatkan sel T yang penting dalam sistem imun. Ini bukan klaim kosong, tapi hasil riset,” tegas Irwan.

Membangun Kepercayaan dengan Ilmu dan Edukasi

Irwan menekankan pentingnya komunikasi efektif dalam membangun kepercayaan, baik kepada konsumen maupun tenaga medis. Slogan “Orang Pintar Minum Tolak Angin” dirancang sebagai bentuk edukasi berbasis logika.

Ia juga memaparkan pencapaian besar Sido Muncul sebagai pabrik jamu pertama di Indonesia yang mengantongi standar farmasi dan diresmikan oleh Menteri Kesehatan pada tahun 2002.

“Dari 1.600 pabrik jamu di Indonesia, hanya segelintir yang bertahan. Kuncinya: berbasis ilmiah, bukan mitos. Kami terus berkolaborasi dengan dokter dan peneliti,” imbuhnya.

Dorongan Kolaborasi antara Dunia Medis dan Industri Herbal

Dalam sesi diskusi, Irwan mengajak para mahasiswa dan dosen kedokteran untuk terbuka terhadap kolaborasi riset dalam pengembangan fitofarmaka. Ia percaya bahwa Indonesia memiliki kekayaan hayati luar biasa yang layak diolah menjadi produk kesehatan berdaya saing global.

“Saya sudah berbicara di lebih dari 50 fakultas kedokteran. Ini tanda bahwa dunia medis mulai menerima jamu sebagai bagian dari pengobatan yang rasional,” katanya.

Irwan menutup kuliah dengan pesan inspiratif bagi para calon dokter. Kata dia, “Pasien bukan sekadar diagnosa. Tanyakan penyebabnya, pahami latar belakangnya. Jadilah dokter yang menghargai kehidupan dan mengedepankan akal budi.”.

Acara ini tak hanya memperkaya wawasan peserta tentang potensi jamu dalam dunia kesehatan, tetapi juga memperkuat sinergi antara dunia akademik dan industri dalam membangun masa depan pengobatan Indonesia yang ilmiah dan berkelanjutan. (usm/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |