Dokter Forensik: Juliana Marins Meninggal karena Benturan Keras, bukan Hipotermia

18 hours ago 9
 Juliana Marins Meninggal karena Benturan Keras, bukan HipotermiaIda Bagus Putu Alit, Dokter Spesialis Forensik RS Bali Mandara

Denpasar (pilar.id) – Dokter forensik Rumah Sakit Bali Mandara (RSBM) mengungkap hasil autopsi terhadap jenazah Juliana, warga negara Brasil, yang ditemukan meninggal setelah terjatuh saat mendaki Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada 21 Juni 2025 lalu.

Dokter Spesialis Forensik RSBM, Ida Bagus Putu Alit, menjelaskan bahwa hasil pemeriksaan medis menunjukkan luka-luka serius di tubuh korban, dengan dominasi luka lecet geser yang disebabkan oleh benturan keras. Luka tersebut terjadi akibat terjatuh di Cemara Nunggal, jalur menuju puncak Gunung Rinjani.

Menurut Dokter Alit, penyebab kematian Juliana adalah benturan keras yang mengakibatkan kerusakan pada beberapa bagian tubuh korban.

Selain luka akibat benturan, ditemukan juga patah tulang pada bagian dada, tulang belakang, punggung, dan paha. Luka paling parah terdapat pada bagian punggung.

“Kerusakan organ dalam dan pendarahan terjadi akibat patah tulang ini. Luka yang sangat serius di punggung menjadi penyebab utama kematian,” ujar Alit dalam keterangannya, Jumat (27/6) di Denpasar.

Dokter Alit juga menyebutkan bahwa meskipun ada luka di kepala korban, luka tersebut tidak menyebabkan herniasi otak. Selain itu, luka di dada dan perut menyebabkan pendarahan yang cukup banyak, namun tidak ada organ yang mengkerut. Pendarahan terbesar terjadi di rongga dada.

Berdasarkan pemeriksaan medis, Alit menyimpulkan bahwa kematian Juliana terjadi dalam jangka waktu yang sangat singkat setelah luka-luka tersebut terjadi. “Kami tidak menemukan bukti bahwa kematian itu terjadi dalam waktu yang lama setelah luka terjadi,” jelasnya.

Hipotermia Masih Belum Dikonfirmasi

Terkait dugaan bahwa Juliana meninggal karena hipotermia, Dokter Alit menyatakan bahwa pihaknya belum dapat memastikan hal tersebut.

Penyebab utama yang ditemukan adalah benturan. Alit juga mengungkapkan bahwa jenazah Juliana telah dimasukkan ke dalam freezer sebelum proses autopsi, sehingga kondisi tubuh sudah dimanipulasi, yang menyulitkan untuk memastikan adanya tanda-tanda hipotermia.

“Penyebab kematian sementara adalah patah tulang dan kerusakan organ dalam. Kami masih menunggu hasil pemeriksaan toksikologi untuk memastikan lebih lanjut,” pungkasnya.

Pemeriksaan luar jenazah Juliana dilakukan pada Kamis malam (26/5/2025) sekitar pukul 22.05 Wita. Setelah pemeriksaan luar selesai, dilakukan autopsi untuk mengidentifikasi penyebab pasti kematian.

Meskipun penyebab pasti kematian belum dapat dipastikan secara keseluruhan, berdasarkan autopsi sementara, dapat disimpulkan bahwa Juliana meninggal akibat benturan yang mengakibatkan kerusakan serius pada tubuhnya.

Pihak forensik masih menunggu hasil pemeriksaan toksikologi untuk mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai faktor lain yang mungkin berkontribusi pada kematian tersebut. (mad/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |