Perang Iran–Israel: Ancaman Perang Dunia Ketiga Akibat Strategic Miscalculation

11 hours ago 12
Ahmad Khoirul UmamDirektur Paramadina Graduate School of Diplomacy (PGSD) Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, Ph.D

Jakarta (pilar.id) – Dunia kembali dihadapkan pada risiko konflik global berskala besar menyusul meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel. Sorotan tajam kini tertuju pada kawasan Timur Tengah, setelah Amerika Serikat mengerahkan pesawat kargo militer raksasa C-5M Super Galaxy ke Arab Saudi—hanya beberapa ratus kilometer dari wilayah udara Iran.

Pesawat yang diterbangkan dari Pangkalan Udara Aviano, Italia, pada Kamis (19/6) itu menandai peningkatan kehadiran militer AS secara signifikan, memicu kekhawatiran akan intervensi militer langsung dalam konflik yang sudah membara.

Pakar Diplomasi: Kita Hadapi Titik Genting Baru

Ahmad Khoirul Umam, Ph.D, Direktur Paramadina Graduate School of Diplomacy (PGSD), memperingatkan bahwa langkah ini adalah eskalasi strategis berbahaya.

“Jika tidak dikendalikan, kita akan menyaksikan strategic miscalculation yang membuka jalan menuju konflik terbuka berskala global,” ujarnya di Jakarta.

Menurut Umam, keterlibatan AS tanpa mandat internasional berisiko memicu benturan kekuatan besar. “Iran bukan negara yang berdiri sendiri. Ia punya kedekatan erat dengan Rusia dan China, dan ini bisa menjadi tantangan besar bagi dominasi geopolitik AS di kawasan.”

Potensi Tragedi Global Jika Diplomasi Tertutup

Umam menekankan, kegagalan membuka ruang diplomatik akan mempercepat laju krisis. Jika situasi terus memburuk dan senjata pemusnah massal digunakan, maka dunia bisa menghadapi tragedi kemanusiaan terbesar dalam sejarah modern.

“Seperti Perang Dunia I dan II, semua bermula dari benturan ego yang berujung pada salah kalkulasi. Kita tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama,” tegasnya.

Konflik Iran–Israel dan Ironi Dunia Islam

Ironi terbesar menurut Umam terletak pada minimnya solidaritas dunia Islam terhadap Iran, yang selama ini berdiri paling vokal menghadapi Israel.

“Meskipun berbeda mazhab, Iran tetap bagian dari komunitas Muslim global. Tapi banyak negara Islam justru memilih diam, atau bahkan secara diam-diam mendukung tindakan militer terhadap Iran,” katanya.

Beberapa negara Islam yang telah menormalisasi hubungan dengan Israel bahkan menoleransi serangan terhadap Iran dengan membiarkan wilayah udaranya digunakan oleh pihak luar.

Perubahan Persepsi Ancaman di Dunia Muslim

Pergeseran geopolitik dinilai telah mengubah persepsi ancaman. Dulu, Israel dianggap musuh bersama. Kini, justru Iran dipandang sebagai ancaman utama oleh banyak negara Muslim akibat tekanan dari kekuatan besar global.

“Logika keamanan yang dibentuk oleh narasi Barat telah memecah dunia Islam secara ideologis dan strategis,” jelas Umam.

Seruan De-eskalasi dan Diplomasi Multilateral

Umam menyerukan agar AS menghentikan pendekatan agresif dan membuka jalur diplomatik multilateral yang adil. Ia juga mengkritik kekuatan politik internal Partai Republik yang terus “memanjakan” Israel.

“Amerika harus menjadi pemimpin dalam mendorong perdamaian, bukan memperkeruh konflik. Kemenangan sejati adalah ketika kekuatan digunakan untuk membangun, bukan menghancurkan.”

Konflik Iran–Israel saat ini bukan lagi isu regional, melainkan ancaman global. Dalam dunia yang kian terpolarisasi, pilihan antara diplomasi atau dominasi militer akan menentukan masa depan umat manusia.

Ahmad Khoirul Umam menutup pernyataannya dengan refleksi tajam, “Dalam reruntuhan ketakutan dan kebencian lama, keberanian untuk berdialog adalah jalan menuju perdamaian. Jika dunia gagal belajar dari sejarah, Perang Dunia Ketiga bisa jadi hanya tinggal menunggu waktu.” (usm/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |