
Jakarta (pilar.id) – Di tengah tantangan global yang mengancam stabilitas pangan, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) terus berupaya memperkuat ekosistem ketahanan pangan nasional melalui pengembangan inovasi teknologi berbasis sosial.
Lewat program Innovillage 2025, Telkom mendorong peran aktif mahasiswa untuk melahirkan solusi digital yang aplikatif bagi masyarakat, khususnya di sektor pertanian dan pangan.
Senior General Manager Social Responsibility Telkom, Hery Susanto, menegaskan bahwa Innovillage adalah bentuk nyata komitmen Telkom dalam pembangunan berkelanjutan. “Kami percaya, inovasi sosial berbasis teknologi adalah kunci untuk menjawab tantangan nyata masyarakat, termasuk isu krusial seperti ketahanan pangan,” ujar Hery.
Ketahanan Pangan Butuh Sinergi Lintas Sektor
Ketahanan pangan menjadi isu strategis nasional di tengah kondisi Indonesia yang masih bergantung pada impor sejumlah komoditas pokok. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 menunjukkan, Indonesia mengimpor sekitar 2,8 juta ton beras, 2,5 juta ton gandum, dan 600 ribu ton gula. Sementara itu, distribusi pangan yang belum merata dan alih fungsi lahan seluas 100 ribu hektare per tahun menjadi tantangan tersendiri.
Pemerintah menargetkan swasembada pangan pada 2027, namun pencapaian tersebut memerlukan kerja sama seluruh pemangku kepentingan.
Tidak hanya pemerintah, tetapi juga dunia pendidikan, pelaku usaha, masyarakat sipil, dan media harus mengambil peran aktif untuk menciptakan sistem pangan yang adil, inklusif, dan berkelanjutan.
Innovillage Jadi Wadah Inovasi Mahasiswa untuk Ketahanan Pangan
Diluncurkan pada tahun 2020, Innovillage adalah kompetisi inovasi sosial berbasis teknologi yang menyasar mahasiswa. Program ini menggabungkan semangat kolaborasi antara akademisi, masyarakat, dan dunia industri untuk menjawab tantangan sosial melalui pendekatan digital. Salah satu fokus utama tahun ini adalah sektor ketahanan pangan.
Beberapa inovasi unggulan yang lahir dari program ini antara lain:
- Semerbak-IoT: Sistem monitoring cerdas berbasis Internet of Things (IoT) untuk pemeliharaan bibit padi kering, dikembangkan oleh mahasiswa Universitas Telkom. Alat ini telah diimplementasikan di Kecamatan Bodeh, Pemalang, dan membantu petani mengontrol penyiraman dan kondisi lingkungan secara real-time.
- Photovoltaic Egg Pasteurize Electric Field: Mesin pasteurisasi telur berbasis kejut listrik dengan energi surya, dikembangkan oleh tim dari Universitas Islam Malang. Inovasi ini memperpanjang masa simpan telur tanpa mengurangi nilai gizinya, serta mendukung upaya pencegahan stunting di daerah.
- “Inovasi ini hadir karena keresahan kami terhadap isu pangan dan stunting. Kami juga melakukan pelatihan masyarakat agar alat ini bisa digunakan secara mandiri,” jelas Nizhamuddin Mufid Azzurri, perwakilan tim pengembang mesin pasteurisasi telur.
Peran NGO Lokadesa dalam Penguatan Ekosistem Innovillage
Kesuksesan program ini tidak lepas dari kolaborasi multipihak. Salah satunya adalah kehadiran NGO Lokadesa, mitra kolaboratif yang fokus pada pemberdayaan desa melalui pertanian berkelanjutan. CEO Lokadesa, Noor Yahya, menyampaikan harapannya agar Innovillage menjangkau lebih banyak kampus dan memperkuat dampak sosial jangka panjang.
“Program seperti ini harus dilanjutkan dengan pendampingan, monitoring dampak, bahkan industrialisasi. Inovasi sosial jangan hanya berhenti di atas kertas,” tegas Noor Yahya.
Transformasi Digital untuk Masa Depan Pangan yang Berkelanjutan
Telkom melalui Innovillage membuktikan bahwa inovasi teknologi bisa menjadi katalis perubahan sosial, khususnya dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Dengan mendorong keterlibatan mahasiswa, masyarakat, dan sektor industri, Indonesia bisa membangun sistem pangan yang tangguh dan berdaya saing global.
“Ini bukan sekadar kompetisi, tapi sebuah ekosistem kolaboratif yang berdampak langsung,” tutup Hery Susanto.
Dengan pendekatan digital dan kolaboratif, program Innovillage membentuk generasi muda sebagai agen perubahan dalam menyelesaikan masalah nyata di masyarakat. Inisiatif ini juga sejalan dengan tiga poin utama dalam Sustainable Development Goals (SDGs): tanpa kemiskinan (SDG 1), tanpa kelaparan (SDG 2), dan konsumsi-produksi yang bertanggung jawab (SDG 12).
Ke depan, upaya seperti ini perlu diperluas dan diintegrasikan dalam strategi pembangunan nasional, agar Indonesia tidak hanya tahan terhadap krisis pangan, tetapi juga menjadi contoh keberhasilan transformasi digital untuk kebaikan sosial. (ret/hdl)